Tuesday, November 18, 2008

The Place Where The Future Begin


Siapa pun mahfum, bahwasannya dari bangku sekolahlah seseorang bisa menggapai apa yang ia inginkan. Mengingat, di bangku sekolah ini, dari tangan-tangan seorang guru yang sabar dan ikhlas dalam menyampaikan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan, seorang anak manusia yang kecil menjadi tahu dan paham tentang isi dan fenomena dunia. Dengan kecakapannya itu ia bisa merambah luasnya dunia. Ia menjelajah fenomena-fenomena alam. Maka, adalah yang utama bila ia paham bahwa semua itu tak bernilai apa-apa bila tidak ada uluran tangan guru-guru mereka dahulu, sewaktu masih di bangku TK, SD, SMP, SMA, atau di bangku kuliah.

Sehebat apa pun seseorang sekarang dalam merebut posisi atau karier pastilah karena ia dahulu tertuntun tangannya untuk bisa membaca, berhitung, menulis, dan berpikir. Pertama mula ia diajari untuk mengenal abjad satu per satu. Kali pertama ia dikenalkan dengan bilanga dan angka dari yang kecil ke yang besar. Diajaknya mula-mula berani bicara di depan kelas. Dilatihnya dasar gerakan-gerakan dan keterampilan-keterampilan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Dikenalkannya awal-awal kepada nilai-nilai dan etika sehingga menjadi tahu akan adab dan santun. Semua itu hanya karena kesabaran dan keikhlasan seorang guru dalam mengajak seorang anak manusia untuk menjadi besar.

Kini, kita tidak tahu bagaimana guru-guru kita yang dahulu menuntun, mengajari, memberi tahu, memberi percaya, dan mengingatkan kita. Boleh jadi, di antara mereka sudah yang yang menikmati masa senjanya, paripurna, dengan banyak berdzikir. Boleh jadi, di antara mereka masih aktif menuntun adik-adik, atau anak-anak kita, di kelas. Atau, boleh jadi, di antara mereka sudah ada yang berpulang ke rahmatullah. Ya, diakui atau tidak, dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, mereka sungguh sangat berjasa buat perjalanan hidup kita sampai sejauh ini.

Namun, yang menjadi pertanyaan, pernahkah kita kembali mendatangi mereka di rumahnya yang sederhana? Entahlah, apakah sekedar kangen, mohon restu, pamitan, mohon doa, atau lainnya. Sepertinya, untuk itu kita masih merasa sibuk karena posisi atau karier kita. Atau, memang... karena kita sudah lupa akan mereka....

Sering, jarang, pernah, ataupun tidak berkunjung kepadanya, mereka para guru-guru itu selalu saja dalam hatinya senantiasa memanjatkan bait-bait suci agar anak-anaknya dahulu yang pernah dituntunnya di kelas menjadi yang terbaik. Apakah kita pernah sekali pun dalam sujud akhir kita atau deretan doa kita terselip harapan semoga Tuhan memberikan yang terbaik buat guru-guru kita?

Boleh jadi sekarang kita sudah menggapai apa yang kita inginkan sejak dahulu mula saat kita masih kanak-kanak. Boleh jadi kita sudah menjadi deretan orang penting di republik ini. Boleh jadi kita sudah mendapati posisi yang penting dan hebat. Boleh jadi tanda tangan kita akan berimbas pada kehidupan dan nasib orang banyak. Tapi, tetap, sehebat apa pun kita, kita tidak pernah sehebat para guru-guru kita yang ilmunya pernah kita dapatkan.

Monday, November 17, 2008

Sedia Payung Sebelum Hujan


Pepatah lama mengatakan "Sedia payung sebelum hujan". Pepatah ini mengingatkan kita kepada pengertian hendaknya dalam melakukan sesuatu harus dilakukan serangkaian persiapan. Dengan serangkaian persiapan itu diharap apa yang kita lakukan kiranya akan berujung kepada keberhasilan. Paling tidak, sesuatu hambatan atau rintangan selama kita melakukan kegiatan tersebut tidak menjadi kendala yang besar. Demikian kiranya yang dapat kita pahami dari pepatah tersebut.

Kini hampir sebagian wilayah Indonesia sudah mengalami musim penghujan. Kedatangannya sungguh memberikan berkah, terutama wilayah-wilayah yang beberapa waktu kemarin mengalami musim panas yang cukup kering dan menimbulkan kesulitan di sana - sini. Cuaca yang ekstrem dan tak bersahabat selama musim kemarau dengan ditandai suhu mencapai angka 38, bahkan di Kupang sempat mencapai 40 derajat celsius, hujan memberikan sejuta harapan. Tetumbuhan kembali menghijau dan berdaun lebat. Sumur-sumur kembali berair. Aliran sungai dan anak sungai kembali menderas. Tanah tegalan, ladang, kebun, huma, dan sawah kembali siap diolah petani. Dan, pagi hari pun memberikan aroma segar yang dapat memberi semangat dan inspirasi untuk melanjutkan kehidupan.

Akan tetapi, di sejumlah wilayah, hujan bukannya memberikan berkah dan sejuta harapan bagi setiap orang. Hujan justru menjadi petaka. Banjir. Air bah. Longsor.Di Cianjur puluhan rumah dan belasan orang menjadi korban longsor karena hujan semalaman mengguyur daerah mereka. Begitu pun di Samarinda, air hujan mengepung sejumlah lokasi untuk beberapa hari lamanya. Di Sulawesi Selatan hujan menyebabkan beberapa ruas jalan tergerus air hujan yang berujung menjadi air bah. Begitu pun di sejumlah wilayah lainnya sepertinya hujan menjadi sebuah ancaman besar yang siap melumat para korban dari Sabang sampai Meurauke. Ada apa ini?

Sedia payung sebelum hujan. Sepertinya pepetah ini hanya ada di mulut dan kepala semata. Tidak menjadi sebuah pemahaman dan pembelajaran sehingga selalu saja pepatah tersebut hanya tinggal sebuah kalimat yang tak memiliki makna bagi kehidupan.

Banjir, longsor, air bah, dan bencana lainnya karena turunnya hujan selalu yang menjadi pemicu adalah karena ekosistem yang sudah timpang. Kantong-kantong air alami berubah menjadi lahan perumahan dan perkantoran. Resapan-resapan air tertutup oleh semen, beton, dan aspal. Gunung, lereng, bukit, dan lembah tak kuat lagi menahan gerusan air hujan sehingga bencana menghadang. Gelondongan kayu diangkut ke pabrik dan tungku. Tunggul-tunggul tetumbuhan dibabat habis demi lembaran uang. Lalu siapa yang harus disalahkan; apakah memang datangnya air hujan benar membawa petaka atau memang ulah manusia yang tidak semestinya?

Mari, kita bijak dengan alam!

Thursday, November 13, 2008

ST12 A-Mild Live Production in Sengata



12 Nopember 2008. Setelah semalaman hujan lebat hingga menimbulkan beberapa ruas jalan tergenang banjir (simpang 4 Telkom), ternyata di atas jam 10 siang cuaca Kota Sengata cukup kondusif. Terang. Ini berlanjut sampai menjelang malam. Maka, tak pelak para fans ST12 salah satu group musik Indonesia yang sedang populer berduyun-duyun menuju lapangan Swarga Bara untuk menyaksikan penampilan group musik tersebut.

Kami ke lapangan sekitar setengah delapan malam. Para fans sudah membentuk antrian di depan pintu masuk sampai meluber dan berjejal. Tua, muda, dan anak-anak. Lakilaki dan perempuan. Mereka seakan 'tumpah' di depan pintu masuk lokasi pertunjukan. Sementara pintu masuk belum juga dibuka. Akhirnya, saat jarum jam akan menunjukkan angka sembilan pintu masuk dibuka. Para fans pun bergerak lambat dengan modal tiket seharga Rp25.000 masuk memenuhi lapangan tempat pertunjukan. Namun, sampai angka sembilan lebih para penonton (fans) masih meluber dan membludak di luar arena pertunjukan. Bahkan, banyak di antara mereka memutuskan untuk tidak turut masuk dan pulang saja atau mendengarkan suara pertunjukan di laur arena.

Saya tidak tahu, berapa banyak kuota tiket yang disebar atau dijual para panitia pertunjukan. Kabarnya sekitar 3000-an sampai 5000-an tiket disebar. Akan tetapi, sampai siang dan saat-saat pertunjukan dimulai para penjaja tiket pertunjukan masih menawarkan kepada para pengunjung. Entah, tiket tersebut resmi atau copy-an?! Yang jelas, tiket yang ditawarkan sama wujudnya dengan tiket yang dijual di 'Tiket Box' yang ditunjuk oleh panitia.

Boleh jadi tiket yang dijual resmi. Boleh jadi juga tidak resmi.Bila resmi berarti, sesungguhnya panitia hanya ingin mengejar benefit, tanpa melihat risiko penonton yang begitu besar jumlahnya karena di sana ada penonton yang notabene tidak siap untuk berdesak-desakan.Bila tidak resmi, berarti panitia 'kecolongan'. Di sini ada oknum-oknum yang bermain dalam mengambil kesempatan dan keuntungan. Maka, selayaknya bila ada pertunjukan seperti ini lagi semestinya panitia memastikan kira-kira taksiran penonton berapa jumlahnya dengan jumlah tiket yang disebar. Kemudian, memastikan bahwa hanya tiket resmilah yang dijual agar penonton tidak dirugikan karena dengan jumlah penonton yang membludak bisa menciptakan risiko yang tidak ingin kita peroleh.

Kota Sengata memang kota yang kecil dan bisa dibilang ' The Remote City'. Tetapi, biarpun kota kecil namun keadaan masyarakatnya sungguh dinamis. Segala informasi dapat dijangkau di kota kecil dan remote ini. Penyerapan informasi itu didapat dari TV berlangganan; seperti Indovision, majalah, koran, tabloid, TV kabel, SMS, GPRS, dan begitu sangat menjamurnya teknologi internet. Dengan itu semua masyarakat Kota Sengata tidak akan pernah ketinggalan informasi. Sekecil apa pun peristiwa yang ada di belahan bumi lain, dengan cepatnya masyarakat Kota Sengata dapat mengikutinya. Misalnya, nesunya Kofifa atas perbedaan hasil perhitungan suara pilkada Jatim. Atau, kemenangan Barack Hussein Obama dalam pemilihan presiden Amerika.

Masyarakat Kota Sengata memang memiliki animo yang besar terhadap hiburan, baik olahraga maupun entertainment. Besarnya animo dan ketersediaannya finansial tidak atau kurang dibarengi dengan seringnya peristiwa hiburan yang ada. Maka, tidak heran bila ada event-event tertentu, baik olahraga, musik, atau lainnya digelar masyarakat Kota Sengata akan berbondong-bondong menyaksikannya. Inilah mungkin salah satu fenomena yang terjadi di sebuah masyarakat kota kecil yang jauh dari pusat kota pemerintahan atau kota besar, seperti Kota Sengata yang tumbuh karena ada perushaan tambang. Tentu, di kota-kota kecil lain pun akan seperti ini. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan infrastrukstur dan sarana transportasi, kini sejatinya tidak hanya berpusat di kota-kota besar saja. Sudah saatnya kota-kota kecil pun perlu dikebangkan sehingga mobilitas msyarakat semakin dinamis sehingga pertumbuhan ekonomi semakin baik.

Tuesday, November 4, 2008

Barrack Obama is Winner of US President Election


Bravo, Obama!!!

Sangat meyakinkan kemenangan Obama dalam pemilihan presiden Amerika dalam mengatasi rivalnya Mc Cain. Secara tegas Barrack Obama menang dengan perolehan 279 electoral. Sementara rivalnya sanggup meraih 150-an electoral. Dengan demikian Barrack Obama secara sah dan resmi menjadi presiden terpilih, presiden Amerika ke-44.

Mc Cain pun secara gentle mengakui kekalahannya atas Barrack Obama lewat pidato kekalahannya di hadapan ribuan pendukungnya di sebuah lapangan terbuka. Mc cain pun mengajak kepada para pendukungnya untuk mendukung Obama dalam membangun Amerika. Pidato ini disambut dengan riuh tepuk tangan para pendukungnya. Dan, sampai sejauh ini tidak ada aksi-aksi anarki untuk menolak kemenagan Obama. Rakyat Amerika dapat menerima apa yang baru saja terjadi dalam proses pemilihan presidennya. Siapa pun yang menang bagi mereka yang penting Amerika terus membangun.

Sungguh ini sebuah pelajaran yang patut dicontoh oleh bangsa kita. Mengingat banyak sekali akhir dari hasil proses pemilihan umum, apakah itu tingkat kabupaten atau propinsi, di Indonesia harus berakhir rusuh berkepanjangan yang merugikan semua pihak, baik materi maupun nonmateri. Sebut saja misalnya, pilkada Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan lainnya.

Mengapa kita harus belajar dari proses pilpres antara Obama dengan Mc Cain? Mengingat sebelum Obama tampil menjadi kandidat presiden banyak yang meragukan kecakapannya ditambah dengan sentuhan sentimen yang dihembuskan oleh lawan-lawannya. Banyak rakyat Amerika yang menolak calon yang bukan "Amerika Asli". Tetapi apa yang terjadi, ternyata apa pun hasilnya rakyat Amerika menerima itu semua dan siap melanjutkan membangun negerinya.

Sekali lagi, BRAVO BARRACK OBAMA!!! Congratulation! Be a good president, please!

Pilpres Amerika


Sebentar lagi rakyat Amerika akan memiliki presiden terbaru, presiden amerika ke-44. Siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pilpres ini? Barack Obama atau Mc Cain?

Naga-naganya yang bakal keluar sebagai pemenang pilpres adalah Barack Obama. Ini bukan tanpa alasan. Sepertinya Barack Obama adalah figur yang diharap dapat membawa perubahan bagi rakyat Amerika. Ia adalah simbol bangkitnya perubahan dari masyarakat Amerika kelas bawah - menengah. Barack juga simbol untuk mendobrak kebuntuan kebijakan Gedung Putih yang selama ini dikuasai oleh kulit putih.

Sebagaimana kita tahu, Obama yang ayahnya dari negara di Afrika Timur sempat menjalani sejarah hidupnya di Indonesia. Obama dikenal dengan sebutan "Anak Menteng". Kita berharap Obama akan lebih dekat dengan negara-negara berkembang dan mengubah stigma yang berlangsung. Kita tahu, pun Obama punya adik tiri yang ayahnya bearasal dari Indonesia.

Semoga saja apa yang didengungkan dalam diri figur Obama akan terbukti bagi kebaikan rakyat Amerika dan bangsa di dunia pada umunya.

Saturday, October 25, 2008

Kebahgiaan Hidup


Boleh jadi arti 'kebahagiaan hidup' itu sesuatu yang artifisial. Artinya, kebahagiaan seseorang dengan orang lainnya tidak bisa diukur secara exquvalen. Tidak bisa harus seperti pemetaan dalam hukum matematika. Kebagiaan seseorang karena "A" belum tentu orang lain merasa bahagia hidupnya jika mendapat "A" layaknya orang lainnya. Namun, dari sekian perbedaan hal-hal yang dapat membuat seseorang bahagia hidupnya, ada hal-hal yang berlaku sama sehingga setiap orang dengan apa yang dimilikinya itu menjadi bahagia hidupnya.Misalnya, menjadi lebih dekat hidupnya dengan Tuhan.

Secara kebendaan (material) kebahagiaan hidup seseorang misalnya dapat terbaca dengan adanya unsur-unsur seperti berikut: pendidikan, posisi sosial dan karier, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, tempat tinggal, tabungan, prestasi kerja, kendaraan, dan sumber makanan yang cukup tersedia. Sedangkan secara nonkebendaan (imaterial) misalnya kesehatan, kesejahteraan, keselamatan, kebersamaan, persaudaraan, dan lainnya.

Bagi seseorang yang sudah menikah boleh jadi kebahagiaan yang dinanti-nanti adalah hadirnya anak di tengah kehidupan mereka. Mengingat dengan hadirnya anak kehidupan mereka akan memiliki rencana yang jelas. Misalnya, apa yang dia upayakan hasilnya akan dinikmati oleh anak-anaknya sehingga ada tujuan yang jelas. Selain itu hadirnya seorang atau beberapa anak di tengah kehidupan mereka membuat keluarga mereka menjadi 'berwarna': ramai, renyah, dan tentram.

Begitupun dengan kami, setelah menikah, Alhamdulillah, setelah menunggu 11 bulan istriku positif hamil. Dan, sembilan bulan kemudian kami mendapat momongan seorang putri yang cantik. Kami sangat bersyukur, di samping hadirnya sang buah hati, Tuhan menganugrahkan putri kami dengan anggota tubuh yang utuh dan normal. Siapa yang tak bahagia dengan ini?

Putri kami pun, Alhamdulillah, memiliki kecerdasan yang bagus sehingga ia dapat belajar dengan baik. Demikian dengan gerak aktivitasnya. Ia cepat belajar berenang, bersepeda, dan lainnya. Darah seni juga muncul. Ia gemar menggambar dan mewarnai, menyanyi, bercerita, dan berkreasi. Yah..., sungguh ini sebuah anugrah terindah dalam kehidupan keluarga kami.

setelah usianya 3,6 tahun adiknya lahir. Ia lakilaki. Maka, lengkaplah kebahagiaan kami, dua anak: putri dan putra. Adiknya kini sudah playgruop. Aktivitasnya, wow... banyak. Kami, saya dan istri, menemani mereka dengan begitu sukanya. Kami sering dibuatnya tersenyum, tertawa, dan bangga atas ulah mereka.

Semoga kebahagiaan kami kiranya Tuhan melanggengkan dan memudahkan kami untuk mencurahkan cinta kepada mereka sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang beriman, bertaqwa, berpendidikan, bermoral baik, dan beramal sholeh bagi sesamnya. Amin.

Harapan kami semoga Anda mau mendoakan kami agar kami mampu menjadi orangtua yang terbaik buat mereka di antara hari-harinya. Salam

Friday, October 24, 2008

The Governor Election of Kaltim It's Over


Putaran kedua ajang Pilgub + Wagub Kaltim selesai sudah. Para pemilih sudah memberikan suaranya untuk kandidat yang digadangnya dengan mencoblos surat suara di bilik suara yang tersedia di tiap TPS. Apapun hasil dan pemenangnya semestinya tidak lagi membuka polemik dan pengotakan di tiap tataran masyarakat. Kita berharap siapa pun yang keluar sebagai kandidat terpilih dalam ajang pilgub + wagub Kaltim dapat menjadi motor penggerak bagi semua masyarakat untuk kembali melanjutkan pengabdiannya pada Bumi Kaltim. Di samping itu kandidat yang terpilih pun menjadi perekat yang efektif untuk menyatuan semua elemen masyarakat dan potensi yang ada sehingga ke depan Bumi Kaltim semakin lebih baik.
Dari hasil penghitungan cepat (quick qount) beberapa institusi menunjukkan pasangan Awang Faroek Ishak dan Farid Wadjdjy sementara meraup suara tertinggi dibandingkan kandidat lainnya, yakni Ahmad Amins dan Hadi Mulyadi. Dari jumlah suara yang terdata sebasar 2,2 jutaan, pasangan Awang Faroek Ishak meraih suara 58%. Sedangkan Pansangan Ahmad Amins meraih 42%. Ini berarti Pasangan Awang Faroek Ishak (AFI) kemungkinan besar akan menduduki posisi sebagai gubernur Kaltim untuk masa pengabdian 2009 - 2014.
Di tangan AFI inilah Kaltim akan diarahkan ke mana dan seperti apa jadinya. namun yang jelas, rakyat Kaltim tetap mengharapkan Kaltim akan semakin lebih kondusif bagi mereka dalam menjalani kehidupan mendatang sehingga lebih sejahtera.

Tuesday, October 21, 2008

Putaran Kedua Pilgub + Wagub Kaltim


Sangat terlihat jelas bahwa posisi dan kekuasaan adalah nomor teratas dalam sebuah pemilihan kepala daerah, baik TK I, TK II, dan Presiden, bahkan dalam tingkatan kelurahan atau desa dan dusun.
Demi rakyat, pendidikan gratis, kesehatan gratis, untuk semua, sembako murah, dan lainnya adalah jargon-jargon murahan. Poto-poto yang terpampang di booklet, simpang jalan, stiker, jam, spanduk, dan lainnya dalam memikat para pemilih adalah wajah-wajah mereka yang narsis. Mereka menyatakan dirinya orang yang hebat, pas, tepat, berhati nurani dan sejenisnhya. Padahal mereka adalah adalah orang-orang yang siap melacurkan kepercayaan rakyat demi uang dan kesejahteraan keluarga serta kenalannya.
Tidak percaya? Coba selidik dan susuri dari sabang sampai Merauke berapa triliun uang negara dirampok secara sendiri-sendiri atau berjamaah oleh para anggota dewan, bupati, gubernur, sekertaris dewan, sekertaris daerah, dan rekanannya. Mereka membuat sesuatu aturan yang bisa terlihat "LEGAL" dalam merampok anggaran dari APBN, APBD, DAU, atau DAK di tiap wilayah/daerah.
Lalu bagaimana sikap kita semestinya?
Ya..., ini serbasalah. Tidak ikut milih, pasti ada yang terpilih dan jadi kepala. Ikut milih, wajah-wajah yang dicalonkan adalah wajah-wajah yang siap untuk rakus kekuasaan dan siap menebarkan KKN, money politic, artificial judgement, dan trick politik lainnya.Maka, ya..., mimilih calon yang terbaik dari keseluruhan kandidiat yang terburuk.
So, what???

Wednesday, October 15, 2008

Menikmati Masa Liburan


Siapa yang tak ingin berlibur? Setelah sekian lama menekuni rutinitas, boleh jadi waktu beberapa saat sangat diperlukan untuk berlibur, beralih sejenak ke nuansa lain. Berlibur adalah saat-saat yang sangat diidamkan bagi setiap orang yang memiliki kesibukan dan rutinitas. Apakah dia seorang pengusaha, atasan, karyawan, atau siapalah dia; tidak terkecuali anak-anak sekolah. Ya..., termasuk anak-anakku.
Anak-anakku dalam menyambut musim liburan dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri berlibur ke rumah nenek-kakeknya di samarinda, Kalimantan Timur. Kami sekeluarga menggunakan Terios TX Elegant berangkat dari Kota Sengata, Kutai Timur menuju Kota Samarinda. Kami hanya berempat: aku sendiri, istriku, dan kedua anakku. kami berangkat 27 September 2008 menjelajah jalanan Sengata - Bontang yang rusak parah. Tapi, syukur kami baik-baik saja dan jalanan yang jaraknya kurang lebih 65 km dapat ditempuh selama 1.40 jam. Lepas dari jalanan Sengata - Bontang, Terios kami pacu dengan kecepatan minimal 80 km/jam menuju Samarinda. Jalanan Bontang - Samarinda yang agak mulus kami rengkuh selama 2.30 jam. Akhirnya sampailah kami di Samarinda sebuah kota yang menjadi ibu kota Propinsi Kalimantan Timur selepas asar.
Dua hari menjelang lebaran kami berbelanja di Mall Lembuswana, beli ini - beli itu. Tidak beda dengan Mall Lembuswana, mall-mall yang lain pun sama keadaannya: penuh sesak. Di jalanan pun demikian halnya. Sepanjang jalan M. Yamin, jalan Soetomo, jalan Pahlawan, Bayangkara, Gajah Mada depan gubernuran dan sepanjang tepian Mahakam, pertigaan Jl. Antasari, Jl. slamet Riyadi sampai menuju jembatan Mahakam ke Samarinda Seberang, membuat orang menjadi stress. Antri, srobot, panas, lambat bergerak. Kapan kiranya Pemprov Kaltim membuat terobosan untuk mengatasi masalah ini? Kapan proyek Jembatan Mahakam 2 tidak lagi dimangkrakkan seperti jalanan Bontang - Sengata itu? Kapan Boss dilanjutkan pengerjaannya biar semua lancar?
Kembali ke liburan anak-anakku. Anak-anakku menikmati sekali liburannya. Main di arena bermain seperti 'Fun Time', 'Timezone', dan 'Fun City'. Berkunjung ke Planetarium Tenggarong. Pastilah mereka bergaya-gaya di depan kamera untuk kenang-kenangan.
Anak-anakku paling banyak membeli ini - membeli itu. Sepeda gunung, buku dan majalah, boneka, sepatu, sandal, baju, selimut, guling, celengan, dan lainnya. Ya, kami orang tuanya hanya bisa melihat kegembiraan mereka saja. Libur atau tidak libur kami orang tua tidak begitu penting. Yang penting anak senang. Lha, buat siapa lagi kita kerja dan cari uang bila tidak buat kesenangan dan masa depan anak-anak? Iya, tho???

Thursday, June 19, 2008

Kenaikan Kelas


Setahun sudah Tahun Pembelajaran 2007/2008 berlalu. Banyak yang sudah kita dapati sebagai tambahan wawasan dan garis hidup. Di sana ada banyak suka, meskipun duka boleh jadi ikut menyeruak. Senyum ceria, tawa bahagia, dan decakan kagum turut mengiringi. Tapi juga, sebal dan gelisah mengikuti.

Setahun sudah itu semua dilalui dan anak-anak pun satu per satu mendapatkan buku perkembangan belajarnya. Banyak yang naik kelas; tertawa, tersenyum binar, bangga, dan puas. Peluk cium dan dekapan mewarnai suasana sumringah. Namun, di antara mereka ada yang harus menerima sesuatu yang tidak diharapkan. Mereka ada yang tidak naik kelas. Tentu yang ada hanya sedih dan kecewa.

Kami pun mendapati anak-anak yang tidak naik kelas turut berduka karena sesungguhnya harapan kami anak-anak semuanya berhasil; naik kelas. Bagaimana kalau Anda, apakah Anda memandang wajar bila ada anak yang tidak berhasil? Jawabannya mungkin 1000001 alasan: setuju - tak setuju.

Sunday, March 9, 2008

Gaya Elite Politik Meraup Suara

Siapa yang tidak gerah dengan situasi dan kondisi Indonesia dewasa ini? Lebih-lebih dengan situasi perpolitikan. Di beberapa kabupaten dan propinsi di wilayah Indonesia terus berlangsung kegiatan pemilihan kepala pemerintahan. Para calon bupati/walikota dan atau gubernur melakukan serangkaian kegiatan kampanye di beberapa wilayah. Ada yang turun langsung di atas pangung terbuka, di gedung-gedung, atau menyelami para konstituennya. Atau, lewat para simpatisannya dan terakhir lewat gambar-gambar yang memajang wajahnya. Semuanya dengan satu tujuan agar ia merebut dukungan konstituen agar ambisinya menjadi kepala pemerintahan di daerah dapat tercapai.
Yang menjadi parodi adalah saat keadaan perekonomian Indonesia yang menjadikan masayarakatnya memiliki daya belinya turun, mereka menjadikan sesuatunya menjadi lebih "utopia". Pendidikan gratis. Kesehatan gratis. Ini - itu gratis. Atau, mereka akan dapat meningkatkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat. Wow..., sebuah jargon yang berbahaya.
Memang mereka melakukan itu demi suara dapat terkumpul tanpa melihat implikasi logisnya. Dan, adalah hal yang wajar mereka lakukan seperti itu karena masyarakat kita pun masih belum bisa berpikir logis dalam mengikuti sebuah pemilu. Banyak di antara para konstituen masih melihat "Apa yang mereka berikan dan saya dapatkan dari mereka". Maka, tidak jarang para calon kontenstan pemilu "menghambur-hamburkan" kaos, payung, jam dinding, hibah ini-itu, pembagian sembako, dan lainnya.
Kalau kita pikir secara mendalam, seorang yang berambisi menjadi kepala pemerintahan sebenarnya ada beberapa tujuan. Pertama, mereka memang akan mengabdikan dirinya untuk perbaikan daerah dan masyrakatnya. Kedua, meningkatkan gengsi sosial. Ketiga, mendapatkan kekuasaan. Keempat, memperbaiki tingkat ekonomi. Dan, tentunya banyak tujuan lainnya. Maka, setelahnya mereka menjadi pemimpin, tidak sedikit yang melupakan masyarakatnya dan lebih banyak mementingkan diri dan keluarga serta kroninya. Oleh karena itu, jangan heran setelah mereka berkuasa "bagaimana agar kekuasan yang ia pegang tidak lepas" untuk tahun berikutnya. Caranya?
Tidak sedikit suratkabar, majalah, dan televisi melaporkan para birokrat yang menyelewengkan dan menguras uang negara untuk beragam tujuan. Tidak sedikit pula mereka berulah untuk kepentingan diri, keluarga, dan kroninya. Mereka mengumpulkan "dana taktis" berjumlah miliaran untuk maju ke tahun berikutnya. Maka, sangatlah beralasan bila Nur Wahid, Ketua MPR RI, menilai pelaksanaan Pilkada di beberapa kabupaten dan propinsi adalah sebuah tindakan pemborosan dan menguras uang negara cukup besar tanpa mendapatkan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Sementara seharusnya negara berpikir bagaimana mengalokasikan anggaran demi kemajuan dan pertumbuhan kualitas hidup masyarakat, tapi negara terus-menerus harus membiayai proses pemilihan; Pilkada; di banyak kabupaten dan propinsi yang jumlahnya triliunan rupiah. Di samping itu, Pilkada dapat menyebabkan instabilitas secara vertikal maupun horisontal di tengah-tengah masyarakat.
Jadi, Indonesia yang di ambang kemiskinan ini masih haruskah dananya terus terkuras untuk Pilkada? Dan, apakah pentingnya Pilkada buat kita secara langsung sebagai warga masyrakat? Bayangkan Indonesia memiliki 33 propinsi, dan setiap propinsi memiliki paling tidak 7 kabupten/kota sehingga ada 231 kabupaten/kota dan sebanyak minimal 231 kali proses Pilkada. Bila tiap Pilkada pemerintah pusat harus mengucurkan kocek setebal 2 triliun rupiah, maka sebanyak 462 triliun rupiah anggaran negara dialokasikan untuk proses Pilkada. Sungguh pemborosan dan sangat menguras devisa negara. Maka, pantas saja Indonesia ibarat orang sakit kronis yang terus mendapat tambahan jenis penyakit baru. Untuk sembuh (maju), nonsen. Wong gagal panen, banjir, longsor, suap, korupsi, pungli, gempa, dan bencana lainnya terus merongrong!!! SBY? Pusing!!!

Friday, February 29, 2008

Membiasakan Gemar Membaca

Anak kami yang pertama usia 6 tahun pada 26 Feb 2008 kemarin. Ia masih bermain di TK B. Banyak hal yang ia meliki dari keterampilan intelektualnya. Mulai bisa menggambar dengan memberi paduan warna yang cukup bagus; pernah ia meraih terbaik kedua dalam lomba menggambar, keterampilan origami, kemampuan mengolah angka (numerik), menyanyi, dan lainnya.
Namun dari semua keterampilan intelektualnya tersebut yang paling mengagumkan adalah keterampilannya dalam hal membaca dan bercerita. Kemampuan membaca huruf-huruf latin ia kuasai saat berusia 4 tahunan dan lancar. Sehingga, tidak jarang ia minta diajak ke perpustakaan sekolah untuk membaca-baca buku cerita atau minta dipinjamkan buku untuk dibaca di rumah. Dari kebiasaannya ini ia dapat menyampaikan cerita dengan baik, meskipun tidak sama persis dengan yang tertulis di buku.
Keterampilan intelektualnya tersebut tidak didapat secara asal saja. Keterampilan ini bermula dari ia menghadapi tuts keyboard. Di layar software word ia menuliskan huruf apa saja dalam point yang cukup gede. Lama kelamaan ia akrab dengan huruf-huruf tersebut dan ia dapat menyebutkan beberapa bentuk huruf dengan bunyi ejaannya yang benar. Maka, kami memandang perlu untuk membantu dia dalam mengembangkan keterampilannya tersebut.
Selanjutnya kami mencarikan media berupa kartu bergambar yang ada tertera tulisannya (flashcard). Dalam waktu yang tidak terlampau lama , ia dapat mengenali flashcard tersebut secara fasih. Oleh karena itu, kami mencarikan media lain berupa tuntunan mengenal dan membaca huruf permulaan, yaitu sebuah buku Anak Islam Suka Membaca. Buku ini terdiri atas 4 jilid. Dengan segera pula ia kuasai dan akhirnya lancar mengenal huruf dan cara membaca dalam deretan kata dan kalimatnya.
Kami tidak memaksakan dan tidak memiliki waktu yang 'ketat' untuk anak saya harus lulus dari keempat buku tersebut. Kami akan memberikan pelayanan dan membantu dia bila dia sedang mau. Akhirnya, alhamdulillah, anak saya sudah lancar baca dan banyak buku yang ia simak isinya.
Kemampuan membaca huruf hijaiyahnya pun cukup bagus. Ia kini sedang mengikuti Iqro 5. Banyak bacaan doa sudah ia kuasai dari hasil membaca dan sekali-sekali ia saya 'tantang' untuk membaca Al-quran. Alhamdulillah, ia pun bisa meski belum begitu lancar, layaknya membaca Al-Quran yang benar secara nahu dan shorof.
Semua kemampuan tersebut ia miliki karena kami di rumah membiasakan membuat 'kondisi' yang kondusif untuk menunjang 'gemar baca'. Selepas shalat maghrib, kami, orangtuanya, membiasakan melakukan aktivitas baca, apapun bukunya; buku pelajaran anak-anak karena kami harus mengajarkan sesuatu kepada para murid besoknya di kelas, majalah, koran, kamus, buku cerita, atau lainnya. Di saat kami membaca anak-anak pun melakukan aktivitas serupa. Ia akan buka-buka buku tulisnya, buku ceritanya, atau buku kerjanya. Aktivitas ini dapat memberikan minat kepada anak untuk melakukan aktivitas membaca. Bahkan, di saat mau tidur pun, kami menceritakan cerita dari buku cerita yang ada. Kegiatan-kegiatan seperti inilah akan dapat menumbuhkan minat baca dalam dirinya. Artinya, membaca itu bukan beban, tetapi sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Dari kegiatan ini anak-anak akan dapat belajar menambah wawasan kosakatanya, mengenal kosakata baru, mengenal karakter tokoh, mengasah rasa empati, dan lainnya. Dan yang jelas, akan mempermudah tugas guru di elementary school-nya untuk mengenalkan konsep-konsep selanjutnya.
mudah-mudahan celotehan ini dapat membawa manfaat. Terima kasih.

Friday, February 22, 2008

Klangenan Anakku

Mungkin Anda merasa heran pada anak Anda saat mau tidur harus terlebih dahulu meminta sebuah bantal yang sudah dekil untuk sekedar dipegang-pegang ujungnya sambil menghisap susu botol. Seiring susu botol habis, maka ia pun tertidur pulas. Atau, Anda pun heran mengapa ia kalau mau bepergian tidak mau pisah dengan barang-barang kesukaannya yang menjadi klangenan. Padahal, barang yang diminta oleh anak Anda untuk dibawa serta itu kondisi dan keadaannya sudah begitu tidak layak pandang dan tidak layang pajang lagi.
Mau dituruti, kok, yo, bawa-bawa barang kayak gitu bikin malu! Ndak mau dituruti, ia nangis. Kok, ya, bisa seperti itu!!!
Ya, ada beberapa anak yang menjadikan barang miliknya menjadi sesuatu yang menjadikannya dalam kondisi tenang. Apakah itu mainannya, bonekanya, bantalnya, atau apa saja. Di saat ia mau bepergian ia tidak bisa pisah dengan barang milik pribadi itu. Lebih-lebih, saat ia mau tidur. Barang milik pribadi itu "wajib" ada di sampingnya.
Secara psikologis, kebiasaan seperti itu wajar-wajar saja. Artinya, hampir pada umumnya anak mimiliki kebiasaan demikian. Dan, kebiasaan seperti itu akan hilang sendirinya seiring ia semakin bertambah usianya.
Mereka (anak-anak) memiliki kebiasaan demikian dapat dianalogikan dengan orang dewasa yang memiliki hobii tertentu. Apakah melakukan aktivitas atau mengoleksi tertentu. Dan, biasanya dari melakukan aktivitas atau mengoleksi benda tertentu tujuannya adalah sama, yakni mendapatkan kepuasan (ketenangan). maka, anak-anak pun demikian halnya.
Demikian pun anak saya yang kedua. Dia lakilaki bersuasia 2.8tahun. Ia memiliki benda pribadinya, yaitu bantal bersarung warna hijau. Kalau mau nenen atau tidur harus bantal tersebut dijadikan sebagai penopang kepalanya. kalau bantal lain, ia sama sekali tidak mau. Begitu pun bila mau tidur, bantal itu harus juga jadi penopang kelapanya. Bila tidak, wow..., acara tidur jadi uring-uringan. Makanya, untuk menjaga kesehatannya maka kami bisanya mencucikan bantalnya dua hari sekali, tentu dengan catatan tanpa sepengetahuan dia.
Bila kami bepergian pun, bantal itu harus dibawanya serta. Maka, kami tidak lupa membawa bantal itu ke mana pun kami akan pergi. Demikian pun agar ia bisa tertidur dalam mobil pribadi kami selama perjalanan, bantal itu menjadi temannya yang setia.
Anak saya yang pertama pun demikian, namun ia tidak memiliki barang milik pribadinya yang harus dibawa ke mana-mana.Ia memiliki klangenan menempelkan tangannya ke ketiak saya (ayahnya) bila mau tidur. Tapi, di usianya yang masuk ke enam tahun, kebiasaan itu sudah hilang.
Nah, bila anak Anda punya klangenan seperti itu, tidak usah khawatir apalagi senewen. Sikapi secara wajar saja. Seiring usia dia bertamba, maka kebiasaan itu akan segera hilang darinya. Dan, biasanya bila ia diingatkan dengan benda klangenannya ia pun menjadi malu. Artinya, ia sudah tidak mau lagi seperti itu. Dengan bahasa lain, ia berkata: "Aku sudah besar."

Tuesday, February 12, 2008

Berkenalan dengan Dunia

Anak saya yang kedua, lakilaki usia 2,8 tahun, sekarang ini selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada saya, ayahnya, atau kepada bundanya. Bila pertanyaannya terjawab ia tidak berhenti sampai di situ. Ia sesegera mungkin akan kembali mengajukan deretan pertanyaan selanjutnya. Memang, kelihatannya ia begitu ceriwis....
Sepertinya kita capai melayaninya untuk menjawab beberapa pertanyaan itu. Akan tetapi, sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan anak seusia tersebut adalah menandakan bahwa ia ingin mengetahui dan mengenali dunia, paling tidak dunia di sekitar lingkungannya. Oleh karena itu, bila anak seusia tersebut sering mengajukan pertanyaan, meskipun itu pertanyaan yang sederhana sekali pun; jangan sekali-sekali kita menjawabnya asal atau ngawur! Atau, kita menjawabnya tidak semestinya atau bukan jawaban yang benar!
Bila kita menjawab dengan benar, meskipun ia kurang bisa menarik simpulan secara logis, tidaklah mengapa. Suatu saat nanti ia akan memahami dengan benar dan ia akan menghubungkannya dengan jawaban kita. Oleh karena itu, jangan sekali-sekali menjawab pertanyaan anak dengan "sambil lalu - asal-asalan". Atau, yang lebih parah menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah! (Barang kali kita berpikir: ini anaktanya terus)
Anak ceriwis atau suka bertanya, di samping untuk mengeksplor pengetahuannya akan dunia, hal ini juga untuk mengeksplor kemampuan wicara dan kekayaan penguasaan bahasanya. Maka untuk itulah, bila kita berbicara dengan seorang anak jangan kita berbicara dengan mengikuti gaya bahasanya.
Seperti teori Quantum Teaching: Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarlah dunia kita ke dunia mereka. Jadi, pandanglah anak selayaknya sebagai orang dewasa. Dalam hal belajar wicara, ajarilah anak belajar bicara layaknya bicaranya orang dewasa. Jangan sekali-sekali kita malah ikut gaya bahasa mereka. Misalnya mengucapkan kata "susu" dengan ucapan "cucu" - kata "mobil" dengan ucapan "mobing" -- atau, kata "kabur" dengan ucapan "kabung".
Hal ini di samping berguna untuk mengenalkan anak dengan sejumlah kosakata, juga untuk melatih anak untuk mengucapkan kata-kata yang sebenarnya harus diucapkan. Selain itu berfungsi juga sebagai alat ukur pada diri anak "bagaimana" semestinya ia berucap dengan benar. Maka, bila ucapannya masih belum sempurna atau masih salah, ia pun akan berupaya untuk menyempurnakan ucapannya atau bicaranya.
Nah, mudah-mudahan celotehan ringan ini dapat memberikan pencerahan untuk kita sebagai orangtua. Lebih-lebih bagi orangtua yang anak-anaknya masih berusia dua sampai tiga tahun. Jadi, bila anak Anda suka bertanya sambutlah pertanyaannya dengan suka cita, kemudian jawablah dengan semestinya. Jangan menjawab sekenanya atau malah salah. Ini bisa berbahaya bagi perkembangan logika mereka. Bangunlah kemampuan berlogikanya dengan semestinya sehingga kelak ia akan menjadi seseorang yang dapat bernalar dengan benar. Semoga....

Friday, February 8, 2008

Mendongengkan Cerita untuk Anak

Anak-anak kami memiliki kebiasaan yang sangat positif bila akan beranjak tidur. Sebelum tidur mereka meminta saya atau ibunya untuk bercerita. Maka, saya atau istri saya pun bercerita tentang apa saja. Yang simple-simple saja, yang mudah disimak dengan baik oleh anak-anak kami. Tidak lupa dalam penyampaian cerita kami selipkan beberapa pesan-pesan positif yang langsung maupun tidak langsung.
Di luar kegiatan bercerita sebenarnya tidak sekedar berusaha menggabungkan peristiwa dengan peristiwa sejak awal sampai akhir dan pemberian amanat. Melalui bercerita kita juga dapat memberikan pelajaran berbicara (berkomunikasi. Kita dapat menjadikan diri sebagai model dalam berkomunikasi. Di samping itu kita bisa memperkenalkan beberapa kosakata baru buat mereka. Tidak jarang anak-anak kami bila mendengar kosakata baru mereka akan bertanya: apa itu - apa ini?. Dengan begitu, kekayaan kosakata mereka semakin bertambah. Hal ini lebih-lebih bagi anak-anak yang sedang mengembangkan kemampuan wicaranya.
Selain meningkatkan penguasaan kosakata dan kemampuan wicara, bercerita juga dapat mengembangkan daya imajinasi anak. Anak-anak diberi peluang untuk mengabstraksikan dalam otaknya terhadap apa-apa yang didengarnya melalui penceritaan. Dengan begitu mereka dapat mengembangkan ide-idenya secara bebas. Maka tak heran, anak-anak kami meskipun belum bersekolah SD, kemampuan berceritanya cukup baik meskipun masih dalam tataran yang ssederhana. Sehingga, kami, orangtuanya, tidak menjadi monopoli sumber cerita. Mereka juga kami minta bercerita, bergiliran. Dan, mereka mau dengan idenya sendiri.
Bercerita juga dapat membina keakraban dan keharmonisan antara anak-anak dengan orangtua. Mereka tidak jarang menyampaikan permasalahan-permasalahan yang ditemuinya saat bermain dengan teman-temannya sewaktu sebelumnya, antara siang - sore. Mereka menceritakan pada kami bahwa tadi mereka begitu - mereka begini.
Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah dengan bercerita kami dapat mengantarkan mereka untuk tidur dengan menghadirkan mimpi-mimpi yang indah. Mereka tertidur dengan nyenyak dan tidak gelisah. Mereka terbangun saat mereka mau pipis saja. Dan, pada pagi harinya mereka terbangun dengan perasaan suka. Jarang sekali mereka merajuk. Saat terbangun mereka pun mencari kami untuk bersalaman dan kami pun memberi salam dan ciuman. Woh..., sungguh sebuah suasana yang manis!
Ketika kami selesai bercerita (mereka yang bercerita)kami lanjutkan dengan mengucapkan doa: Bismika Allahuma ahya wabismika amut. Robbana atina fidunnya khasanah wafilahiroti hasanah waqina 'adzabanaar. Amin. Dan..., kami pun tertidur dengan nyenyak....

Thursday, February 7, 2008

Banjir dan Longsor

Benar, bahwa curah hujan akhir-akhir ini sangat besar volumenya. Di beberapa daerah di Indonesia hujan turun begitu merata menyebabkan beberapa aktivitas dapat mengalami beberapa kesulitan. Misalnya, acara pernikahan, perjalanan dinas, pergi ke kantor, dan acara liburan yang sudah dijadwalkan. Seperti yang dialami saudara-saudara kita yang berada di Jakarta sekitarnya, Ponorogo dan sekitarnya, Enrekang, Gorontalo, Aceh, dan Sumatra Barat.
Hujan di Jakarta menenggelamkan ratusan, bahkan ribuan rumah, jalan-jalan, dan menghambat akses ke Bandara Soekarno - Hatta. Begitu pun di daerah lainnya, terakhir kita mendapatkan info dari Banyumas dan Tegal, hujan dan banjir membuat tanah longsor dan menewaskan beberapa penduduk dan merusak tempat tinggal dan persawahan. Tentu, dengan itu semua kita merasa sangat berduka.
Benar, bahwa bumi menjadi rumah bagi penduduk dunia sekarang ini sudah semakin tidak kondusif. Putaran angin ribut (apakah itu namanya tornado atau lisus) menumbangkan rumah penduduk dan pepohonan. Itu semua membawa kerugian baik materil maupun nonmateril. Selanjutnya pasang air laut, menyebabkan para nelayan untuk waktu yang lama tidak dapat menguras ikan di perut air laut. Pengiriman barang antarpulau terhambat sehingga harga-harga bahan pokok meroket tak terkendali. Sebagai contoh di tempat kami, KUtai Timur, Kaltim, harga bawang merah sekilo dihargai Rp35.000,- dan semen sesak Rp72.000,-. Pelayaran dan penerbangan antarpulau dan antarkota pun sangat terganggu. Ada apa dengan semua ini? Bagaimana anak-anak dan cucu-cucu kita kelak dapat bertahan hidup kalau sekarang ini saja kita mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan dan menyediakan akomodasi untuk kehidupan kita sekarang dan esok?
Pada minggu terakhir Januari 2008 anak-anak didik kami melakukan kunjungan belajar ke Jakarta dan Bogor. Rombongan kami hampir mencapai seratusan murid dengan guru pembimbingnya. Jauh-jauh hari sudah melakukan persiapan, di antaranya memesan dan membayar tiket pesawat pergi - pulang, menentukan obyek tujuan kunjungan belajar, dan sarana-prasarana akomodasi lainnya. Tapi ketika akan bertolak kami dibuat was-was dengan keadaan cuaca sekarang-sekarang ini. Bisakah kami berangkat? Orangtua murid pun banyak yang bertanya-tanya masalah ini. Intinya, meskipun mereka sudah mempercayakan kepada guru pembina akan keselamatan anak-anaknya, tetap saja mereka menunjukkan rasa khawatir. Namun, alhamdulillah, rombongan kami sukses dalam melukan aktivitas ini. Aanak-anak kami pun diajak untuk mengenal istana negara dan studio Metro TV serta menikmata wahana di Dufan.
Tapi mari kita kembali permasalahan cuaca. Benar, dahulu, imej orang tentang Kalimantan adalah hutan. Di sana - sini hutan masih merupakan habitat yang dominan. Namun sekarang, Kalimantan selain untuk perumahan, perkantoran, jalan raya, pusat bisnis dan hiburan, hutannya dibabat habis oleh penebang-penebang liar dan penebang-penebang legal (mendapat HPH atau mendapat restu dari pejabat setempat)serta hutannya diubah menjadi ladang-ladang pertambangan batubara, minyak dan gas, emas, dan lainnya. Sehingga, bila anda berkesempatan berkunjung ke Kalimantan yang anda saksikan hanyalah hutan-hutan yang sudah habis pepohonan besarnya. Yang tersisa adalah semak-semak belukar dan rumput-rumput ilalang dan bila musim kemarau tiba akan menjadi aset yang vital untuk mengeksport asap ke beberapa negeri tetangga. Maka, siapakah dalam hal ini yang bertanggung jawab?
Masihkah pemerintah RI memberikan izin pertambangan untuk para investor lokal maupun asing? Masihkah Pemda setempat memberikan izin HPH kepada para cukong untuk memangkas hutan Kalimantan atau hutan pulau lainnya? Padahal akibat yang ditimbulkan dari kegiatan ini sangat begitu jelas merugikan kelangsungan hidup spesies manusia di muka bumi. Untuk itu, mari kita hijaukan bumi kita kembali dan stop perusakan hutan!!!