Friday, February 29, 2008

Membiasakan Gemar Membaca

Anak kami yang pertama usia 6 tahun pada 26 Feb 2008 kemarin. Ia masih bermain di TK B. Banyak hal yang ia meliki dari keterampilan intelektualnya. Mulai bisa menggambar dengan memberi paduan warna yang cukup bagus; pernah ia meraih terbaik kedua dalam lomba menggambar, keterampilan origami, kemampuan mengolah angka (numerik), menyanyi, dan lainnya.
Namun dari semua keterampilan intelektualnya tersebut yang paling mengagumkan adalah keterampilannya dalam hal membaca dan bercerita. Kemampuan membaca huruf-huruf latin ia kuasai saat berusia 4 tahunan dan lancar. Sehingga, tidak jarang ia minta diajak ke perpustakaan sekolah untuk membaca-baca buku cerita atau minta dipinjamkan buku untuk dibaca di rumah. Dari kebiasaannya ini ia dapat menyampaikan cerita dengan baik, meskipun tidak sama persis dengan yang tertulis di buku.
Keterampilan intelektualnya tersebut tidak didapat secara asal saja. Keterampilan ini bermula dari ia menghadapi tuts keyboard. Di layar software word ia menuliskan huruf apa saja dalam point yang cukup gede. Lama kelamaan ia akrab dengan huruf-huruf tersebut dan ia dapat menyebutkan beberapa bentuk huruf dengan bunyi ejaannya yang benar. Maka, kami memandang perlu untuk membantu dia dalam mengembangkan keterampilannya tersebut.
Selanjutnya kami mencarikan media berupa kartu bergambar yang ada tertera tulisannya (flashcard). Dalam waktu yang tidak terlampau lama , ia dapat mengenali flashcard tersebut secara fasih. Oleh karena itu, kami mencarikan media lain berupa tuntunan mengenal dan membaca huruf permulaan, yaitu sebuah buku Anak Islam Suka Membaca. Buku ini terdiri atas 4 jilid. Dengan segera pula ia kuasai dan akhirnya lancar mengenal huruf dan cara membaca dalam deretan kata dan kalimatnya.
Kami tidak memaksakan dan tidak memiliki waktu yang 'ketat' untuk anak saya harus lulus dari keempat buku tersebut. Kami akan memberikan pelayanan dan membantu dia bila dia sedang mau. Akhirnya, alhamdulillah, anak saya sudah lancar baca dan banyak buku yang ia simak isinya.
Kemampuan membaca huruf hijaiyahnya pun cukup bagus. Ia kini sedang mengikuti Iqro 5. Banyak bacaan doa sudah ia kuasai dari hasil membaca dan sekali-sekali ia saya 'tantang' untuk membaca Al-quran. Alhamdulillah, ia pun bisa meski belum begitu lancar, layaknya membaca Al-Quran yang benar secara nahu dan shorof.
Semua kemampuan tersebut ia miliki karena kami di rumah membiasakan membuat 'kondisi' yang kondusif untuk menunjang 'gemar baca'. Selepas shalat maghrib, kami, orangtuanya, membiasakan melakukan aktivitas baca, apapun bukunya; buku pelajaran anak-anak karena kami harus mengajarkan sesuatu kepada para murid besoknya di kelas, majalah, koran, kamus, buku cerita, atau lainnya. Di saat kami membaca anak-anak pun melakukan aktivitas serupa. Ia akan buka-buka buku tulisnya, buku ceritanya, atau buku kerjanya. Aktivitas ini dapat memberikan minat kepada anak untuk melakukan aktivitas membaca. Bahkan, di saat mau tidur pun, kami menceritakan cerita dari buku cerita yang ada. Kegiatan-kegiatan seperti inilah akan dapat menumbuhkan minat baca dalam dirinya. Artinya, membaca itu bukan beban, tetapi sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Dari kegiatan ini anak-anak akan dapat belajar menambah wawasan kosakatanya, mengenal kosakata baru, mengenal karakter tokoh, mengasah rasa empati, dan lainnya. Dan yang jelas, akan mempermudah tugas guru di elementary school-nya untuk mengenalkan konsep-konsep selanjutnya.
mudah-mudahan celotehan ini dapat membawa manfaat. Terima kasih.

Friday, February 22, 2008

Klangenan Anakku

Mungkin Anda merasa heran pada anak Anda saat mau tidur harus terlebih dahulu meminta sebuah bantal yang sudah dekil untuk sekedar dipegang-pegang ujungnya sambil menghisap susu botol. Seiring susu botol habis, maka ia pun tertidur pulas. Atau, Anda pun heran mengapa ia kalau mau bepergian tidak mau pisah dengan barang-barang kesukaannya yang menjadi klangenan. Padahal, barang yang diminta oleh anak Anda untuk dibawa serta itu kondisi dan keadaannya sudah begitu tidak layak pandang dan tidak layang pajang lagi.
Mau dituruti, kok, yo, bawa-bawa barang kayak gitu bikin malu! Ndak mau dituruti, ia nangis. Kok, ya, bisa seperti itu!!!
Ya, ada beberapa anak yang menjadikan barang miliknya menjadi sesuatu yang menjadikannya dalam kondisi tenang. Apakah itu mainannya, bonekanya, bantalnya, atau apa saja. Di saat ia mau bepergian ia tidak bisa pisah dengan barang milik pribadi itu. Lebih-lebih, saat ia mau tidur. Barang milik pribadi itu "wajib" ada di sampingnya.
Secara psikologis, kebiasaan seperti itu wajar-wajar saja. Artinya, hampir pada umumnya anak mimiliki kebiasaan demikian. Dan, kebiasaan seperti itu akan hilang sendirinya seiring ia semakin bertambah usianya.
Mereka (anak-anak) memiliki kebiasaan demikian dapat dianalogikan dengan orang dewasa yang memiliki hobii tertentu. Apakah melakukan aktivitas atau mengoleksi tertentu. Dan, biasanya dari melakukan aktivitas atau mengoleksi benda tertentu tujuannya adalah sama, yakni mendapatkan kepuasan (ketenangan). maka, anak-anak pun demikian halnya.
Demikian pun anak saya yang kedua. Dia lakilaki bersuasia 2.8tahun. Ia memiliki benda pribadinya, yaitu bantal bersarung warna hijau. Kalau mau nenen atau tidur harus bantal tersebut dijadikan sebagai penopang kepalanya. kalau bantal lain, ia sama sekali tidak mau. Begitu pun bila mau tidur, bantal itu harus juga jadi penopang kelapanya. Bila tidak, wow..., acara tidur jadi uring-uringan. Makanya, untuk menjaga kesehatannya maka kami bisanya mencucikan bantalnya dua hari sekali, tentu dengan catatan tanpa sepengetahuan dia.
Bila kami bepergian pun, bantal itu harus dibawanya serta. Maka, kami tidak lupa membawa bantal itu ke mana pun kami akan pergi. Demikian pun agar ia bisa tertidur dalam mobil pribadi kami selama perjalanan, bantal itu menjadi temannya yang setia.
Anak saya yang pertama pun demikian, namun ia tidak memiliki barang milik pribadinya yang harus dibawa ke mana-mana.Ia memiliki klangenan menempelkan tangannya ke ketiak saya (ayahnya) bila mau tidur. Tapi, di usianya yang masuk ke enam tahun, kebiasaan itu sudah hilang.
Nah, bila anak Anda punya klangenan seperti itu, tidak usah khawatir apalagi senewen. Sikapi secara wajar saja. Seiring usia dia bertamba, maka kebiasaan itu akan segera hilang darinya. Dan, biasanya bila ia diingatkan dengan benda klangenannya ia pun menjadi malu. Artinya, ia sudah tidak mau lagi seperti itu. Dengan bahasa lain, ia berkata: "Aku sudah besar."

Tuesday, February 12, 2008

Berkenalan dengan Dunia

Anak saya yang kedua, lakilaki usia 2,8 tahun, sekarang ini selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada saya, ayahnya, atau kepada bundanya. Bila pertanyaannya terjawab ia tidak berhenti sampai di situ. Ia sesegera mungkin akan kembali mengajukan deretan pertanyaan selanjutnya. Memang, kelihatannya ia begitu ceriwis....
Sepertinya kita capai melayaninya untuk menjawab beberapa pertanyaan itu. Akan tetapi, sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan anak seusia tersebut adalah menandakan bahwa ia ingin mengetahui dan mengenali dunia, paling tidak dunia di sekitar lingkungannya. Oleh karena itu, bila anak seusia tersebut sering mengajukan pertanyaan, meskipun itu pertanyaan yang sederhana sekali pun; jangan sekali-sekali kita menjawabnya asal atau ngawur! Atau, kita menjawabnya tidak semestinya atau bukan jawaban yang benar!
Bila kita menjawab dengan benar, meskipun ia kurang bisa menarik simpulan secara logis, tidaklah mengapa. Suatu saat nanti ia akan memahami dengan benar dan ia akan menghubungkannya dengan jawaban kita. Oleh karena itu, jangan sekali-sekali menjawab pertanyaan anak dengan "sambil lalu - asal-asalan". Atau, yang lebih parah menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah! (Barang kali kita berpikir: ini anaktanya terus)
Anak ceriwis atau suka bertanya, di samping untuk mengeksplor pengetahuannya akan dunia, hal ini juga untuk mengeksplor kemampuan wicara dan kekayaan penguasaan bahasanya. Maka untuk itulah, bila kita berbicara dengan seorang anak jangan kita berbicara dengan mengikuti gaya bahasanya.
Seperti teori Quantum Teaching: Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarlah dunia kita ke dunia mereka. Jadi, pandanglah anak selayaknya sebagai orang dewasa. Dalam hal belajar wicara, ajarilah anak belajar bicara layaknya bicaranya orang dewasa. Jangan sekali-sekali kita malah ikut gaya bahasa mereka. Misalnya mengucapkan kata "susu" dengan ucapan "cucu" - kata "mobil" dengan ucapan "mobing" -- atau, kata "kabur" dengan ucapan "kabung".
Hal ini di samping berguna untuk mengenalkan anak dengan sejumlah kosakata, juga untuk melatih anak untuk mengucapkan kata-kata yang sebenarnya harus diucapkan. Selain itu berfungsi juga sebagai alat ukur pada diri anak "bagaimana" semestinya ia berucap dengan benar. Maka, bila ucapannya masih belum sempurna atau masih salah, ia pun akan berupaya untuk menyempurnakan ucapannya atau bicaranya.
Nah, mudah-mudahan celotehan ringan ini dapat memberikan pencerahan untuk kita sebagai orangtua. Lebih-lebih bagi orangtua yang anak-anaknya masih berusia dua sampai tiga tahun. Jadi, bila anak Anda suka bertanya sambutlah pertanyaannya dengan suka cita, kemudian jawablah dengan semestinya. Jangan menjawab sekenanya atau malah salah. Ini bisa berbahaya bagi perkembangan logika mereka. Bangunlah kemampuan berlogikanya dengan semestinya sehingga kelak ia akan menjadi seseorang yang dapat bernalar dengan benar. Semoga....

Friday, February 8, 2008

Mendongengkan Cerita untuk Anak

Anak-anak kami memiliki kebiasaan yang sangat positif bila akan beranjak tidur. Sebelum tidur mereka meminta saya atau ibunya untuk bercerita. Maka, saya atau istri saya pun bercerita tentang apa saja. Yang simple-simple saja, yang mudah disimak dengan baik oleh anak-anak kami. Tidak lupa dalam penyampaian cerita kami selipkan beberapa pesan-pesan positif yang langsung maupun tidak langsung.
Di luar kegiatan bercerita sebenarnya tidak sekedar berusaha menggabungkan peristiwa dengan peristiwa sejak awal sampai akhir dan pemberian amanat. Melalui bercerita kita juga dapat memberikan pelajaran berbicara (berkomunikasi. Kita dapat menjadikan diri sebagai model dalam berkomunikasi. Di samping itu kita bisa memperkenalkan beberapa kosakata baru buat mereka. Tidak jarang anak-anak kami bila mendengar kosakata baru mereka akan bertanya: apa itu - apa ini?. Dengan begitu, kekayaan kosakata mereka semakin bertambah. Hal ini lebih-lebih bagi anak-anak yang sedang mengembangkan kemampuan wicaranya.
Selain meningkatkan penguasaan kosakata dan kemampuan wicara, bercerita juga dapat mengembangkan daya imajinasi anak. Anak-anak diberi peluang untuk mengabstraksikan dalam otaknya terhadap apa-apa yang didengarnya melalui penceritaan. Dengan begitu mereka dapat mengembangkan ide-idenya secara bebas. Maka tak heran, anak-anak kami meskipun belum bersekolah SD, kemampuan berceritanya cukup baik meskipun masih dalam tataran yang ssederhana. Sehingga, kami, orangtuanya, tidak menjadi monopoli sumber cerita. Mereka juga kami minta bercerita, bergiliran. Dan, mereka mau dengan idenya sendiri.
Bercerita juga dapat membina keakraban dan keharmonisan antara anak-anak dengan orangtua. Mereka tidak jarang menyampaikan permasalahan-permasalahan yang ditemuinya saat bermain dengan teman-temannya sewaktu sebelumnya, antara siang - sore. Mereka menceritakan pada kami bahwa tadi mereka begitu - mereka begini.
Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah dengan bercerita kami dapat mengantarkan mereka untuk tidur dengan menghadirkan mimpi-mimpi yang indah. Mereka tertidur dengan nyenyak dan tidak gelisah. Mereka terbangun saat mereka mau pipis saja. Dan, pada pagi harinya mereka terbangun dengan perasaan suka. Jarang sekali mereka merajuk. Saat terbangun mereka pun mencari kami untuk bersalaman dan kami pun memberi salam dan ciuman. Woh..., sungguh sebuah suasana yang manis!
Ketika kami selesai bercerita (mereka yang bercerita)kami lanjutkan dengan mengucapkan doa: Bismika Allahuma ahya wabismika amut. Robbana atina fidunnya khasanah wafilahiroti hasanah waqina 'adzabanaar. Amin. Dan..., kami pun tertidur dengan nyenyak....

Thursday, February 7, 2008

Banjir dan Longsor

Benar, bahwa curah hujan akhir-akhir ini sangat besar volumenya. Di beberapa daerah di Indonesia hujan turun begitu merata menyebabkan beberapa aktivitas dapat mengalami beberapa kesulitan. Misalnya, acara pernikahan, perjalanan dinas, pergi ke kantor, dan acara liburan yang sudah dijadwalkan. Seperti yang dialami saudara-saudara kita yang berada di Jakarta sekitarnya, Ponorogo dan sekitarnya, Enrekang, Gorontalo, Aceh, dan Sumatra Barat.
Hujan di Jakarta menenggelamkan ratusan, bahkan ribuan rumah, jalan-jalan, dan menghambat akses ke Bandara Soekarno - Hatta. Begitu pun di daerah lainnya, terakhir kita mendapatkan info dari Banyumas dan Tegal, hujan dan banjir membuat tanah longsor dan menewaskan beberapa penduduk dan merusak tempat tinggal dan persawahan. Tentu, dengan itu semua kita merasa sangat berduka.
Benar, bahwa bumi menjadi rumah bagi penduduk dunia sekarang ini sudah semakin tidak kondusif. Putaran angin ribut (apakah itu namanya tornado atau lisus) menumbangkan rumah penduduk dan pepohonan. Itu semua membawa kerugian baik materil maupun nonmateril. Selanjutnya pasang air laut, menyebabkan para nelayan untuk waktu yang lama tidak dapat menguras ikan di perut air laut. Pengiriman barang antarpulau terhambat sehingga harga-harga bahan pokok meroket tak terkendali. Sebagai contoh di tempat kami, KUtai Timur, Kaltim, harga bawang merah sekilo dihargai Rp35.000,- dan semen sesak Rp72.000,-. Pelayaran dan penerbangan antarpulau dan antarkota pun sangat terganggu. Ada apa dengan semua ini? Bagaimana anak-anak dan cucu-cucu kita kelak dapat bertahan hidup kalau sekarang ini saja kita mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan dan menyediakan akomodasi untuk kehidupan kita sekarang dan esok?
Pada minggu terakhir Januari 2008 anak-anak didik kami melakukan kunjungan belajar ke Jakarta dan Bogor. Rombongan kami hampir mencapai seratusan murid dengan guru pembimbingnya. Jauh-jauh hari sudah melakukan persiapan, di antaranya memesan dan membayar tiket pesawat pergi - pulang, menentukan obyek tujuan kunjungan belajar, dan sarana-prasarana akomodasi lainnya. Tapi ketika akan bertolak kami dibuat was-was dengan keadaan cuaca sekarang-sekarang ini. Bisakah kami berangkat? Orangtua murid pun banyak yang bertanya-tanya masalah ini. Intinya, meskipun mereka sudah mempercayakan kepada guru pembina akan keselamatan anak-anaknya, tetap saja mereka menunjukkan rasa khawatir. Namun, alhamdulillah, rombongan kami sukses dalam melukan aktivitas ini. Aanak-anak kami pun diajak untuk mengenal istana negara dan studio Metro TV serta menikmata wahana di Dufan.
Tapi mari kita kembali permasalahan cuaca. Benar, dahulu, imej orang tentang Kalimantan adalah hutan. Di sana - sini hutan masih merupakan habitat yang dominan. Namun sekarang, Kalimantan selain untuk perumahan, perkantoran, jalan raya, pusat bisnis dan hiburan, hutannya dibabat habis oleh penebang-penebang liar dan penebang-penebang legal (mendapat HPH atau mendapat restu dari pejabat setempat)serta hutannya diubah menjadi ladang-ladang pertambangan batubara, minyak dan gas, emas, dan lainnya. Sehingga, bila anda berkesempatan berkunjung ke Kalimantan yang anda saksikan hanyalah hutan-hutan yang sudah habis pepohonan besarnya. Yang tersisa adalah semak-semak belukar dan rumput-rumput ilalang dan bila musim kemarau tiba akan menjadi aset yang vital untuk mengeksport asap ke beberapa negeri tetangga. Maka, siapakah dalam hal ini yang bertanggung jawab?
Masihkah pemerintah RI memberikan izin pertambangan untuk para investor lokal maupun asing? Masihkah Pemda setempat memberikan izin HPH kepada para cukong untuk memangkas hutan Kalimantan atau hutan pulau lainnya? Padahal akibat yang ditimbulkan dari kegiatan ini sangat begitu jelas merugikan kelangsungan hidup spesies manusia di muka bumi. Untuk itu, mari kita hijaukan bumi kita kembali dan stop perusakan hutan!!!