Tuesday, February 24, 2009

Anakku Berusia 7 Tahun

Banyak orang berkata pada kami, "Nda terasa, ya, anakmu sudah besar." Mendapati ungkapan tersebut kami hanya senyum-senyum saja. Ya..., harus bagaimana lagi? Padahal dalam membesarkan, merawat, menjaga, dan menemani dia banyak yang harus kami lakukan. Apalagi kalau sedang sakit. Bermalam-malam kami harus gantian menjaga dan memberikan obat untuknya agar lekas sembuh. Tapi..., ya..., itu dinamika sebuah kehidupan sebuah keluarga, lebih-lebih dinamika kehidupan orang tua. Untuk itu semua adalah hal yang dapat dimahfumi.

Anak kami yang pertama lahir di RS PKT Bontang, Selasa, 26 Februari 2002 dengan proses kelahiran normal. Kami dikarunia anak setelah sebelas bulan dari hari pernikahan. Sungguh kami merasa khawatir, sudah sebelas bulan belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Kami pun akhirnya melakukan konsultasi kepada dokter kandungan. Dari hasil pemeriksaan ternyata kami sehat dan normal-normal saja. Namun untuk lebih lanjut saya disarankan untuk check sperm. Dari hasil ini saya mendapatkan terapi agar kualitas sperm menjadi baik. Dan, akhirnya kami mendapatkan sesuatu yang menggembirakan. Istriku terlambat haid dan setelah dicheck dengan menggunakan stik tes kehamilan, positif hamil. Agar lebih yakin, kami pergi ke klinik untuk check up. Hasilnya... puooositif. Kami sangat bersyukur dengan anugrah ini.

Karena kami masih di camp perusahaan, sambil sedang membangun rumah, asupan gizi sangat baik. Mau sayuran, buah-buahan, susu, dan lainnya begitu tersedia sehingga kami tidak begitu riskan dengan perkembangan janin kami. Alhamdulillah, setelah 9 bulanan anak yang kami tunggu-tunggu lahir dengan normal dan sehat. Dan, sekarang anak kami sudah masuk usia 7 tahun.

Alhamdulillah, anak kami mendapatkan anugrah intelektual yang bagus, keterampilan yang baik, dan perkembangan emosi yang kuat. Dalam mempelajari sesuatu anak kami dimudahkan oleh Allah sehingga cepat menguasainya. Misalnya, belajar membaca dia sudah bisa saat mau masuk TK. Berenang sudah bisa saat usia masih 2 tahunan. Belajar bahasa Inggris cepat memahaminya. Menyanyi, menulis cerita, dan membuat sebuah keterampilan dia begitu baik. Dalam hal agama pun dia dimudahkan untuk mempelajari beberapa doa, menguasai doa-doa atau bacaan shalat, dan membaca - menulis Al-Qur'an. Sungguh ini keseluruhan karunia dan anugrah Allah yang kami dapati dengan begitu manisnya.

Di usianya yang baru 7 tahun kami sangat mengharapkan semoga ia menjadi anak yang selalu sehat, baik, ceria, dan dimudahkan dalam segala urusan oleh Allah sehingga bisa membuat masyarakat lebih baik oleh jasa-jasa, ibadah, dan amal jariahnya. Amin.

Selamat ulang tahun anakku. Semoga Allah senantiasa membimbingmu dalam ilmu dan kebenaran. Amin, amin, ya, robbal alamin.

Membuat Majalah Sekolah


Membuat majalah sekolah merupakan hal yang sangat menantang. Dalam hal ini hanya saya yang 'hunting' news, menuliskan transkripsi, membuat lay out, dan berurusan dengan pihak printing sampai kepada distribusi majalah.

Kelihatannya sesuatu yang sederhana. Tidak repot. Tidak perlu banyak pikir. Tidak perlu njlimet. Cukup ikuti kegiatan di sekolah, amati, wawancarai narasumber, dan tulis di kertas. Lalu, ketik di komputer. Setelah sekian berita didapat kemudian diimport ke halaman lay out malajah. Jadi, deh, itu draft majalah.

Akan tetapi, ternyata untuk dapat mewujudkan sebuah majalah yang sederhana sekali pun harus ada segudang kreatif. Amati kejadian atau acara. Ambil photo dengan 'angle' yang bagus. Sampai utak-atik desain, sangat memerlukan perhatian dan sebuah kecakapan akan tool software komputer tertentu. Misalnya, software Adobe Photoshop, Page Maker, Corel Draw, dan Indesign serta PDF. Wuih..., perlu kecakapan yang baik.

Begitu pun dalam pemilihan desain majalah yang menyangkut tipografi huruf, warna, sampai tataletak photo dan teks sangat menguras waktu dan energi. Belum lagi memikirkan contens apa saja yang akan dipublish. Maka, harus baca ini - itu ke perpus atau browsing di internet. Ya..., sebuah kenikmatan sendiri manakala referens yang diperlukan didapat sebagai bahan landasan teori suatu artikel. Maka, di sini pun memerlukan sebuah keterampilan dalam meracik beragam pendapat dan beragam teori dalam satu sajian artikel.

Kepuasan yang lain manakala contens yang diangkat cukup mendapat perhatian dari para pembaca. Apakah itu dalam bentuk pujian, kritik, saran, bantahan, atau keberatan. Dalam hal ini berarti 'dunia saya' tidak menjadi suwung. Ada mahluk lain yang turut terlibat. Dan, inilah yang menjadikan dunia membuat majalah begitu menantang. Untuk itu semua saya terus meningkatkan kemampuan saya dengan membaca, browsing, bertanya, berlatih, dan terus utak - atik.

Inilah 'dunia saya' sekarang, selain bertugas sebagai seorang guru untuk menjadi teman anak-anak di kelas dalam mempelajari sesuatu.

Wednesday, February 18, 2009

Menabung, Memberikan Pendidikan Berhemat pada anak


Sepertinya apa pun yang kita lakukan harus ditunjang dengan dana atau uang. Ini adalah sebuah konsekuensi yang logis. Di mana ada demand, maka di situ ada capital. Misalnya, manakala belanja kita perlu dana. Begitu pun bila mau bepergian, membuat rumah, atau menyekolahkan anak.

Dalam hal menyekolahkan anak kita sangat memerlukan dana atau uang. Untuk membeli alat tulis, seragam, bayar sumbangan pendidikan, iuran ini - itu. Atau, ikut kegiatan arisan di lingkungan RT. Semuanya harus di-cover dengan dana. Mustahil akan berjalan dengan baik bila dana terbatas atau minim sama sekali.

Oleh karena itu, adalah sangat penting bila anak dilibatkan dalam hal ini. Bukan tentang penyediaan dananya, melainkan anak dilibatkan untuk mengetahui dan memahami bahwa untuk bisa memperoleh sesuatu atau sekolah perlu biaya (uang). Tentunya dalam melibatkan anak dalam masalah ini, harus menggunakan bahasa yang sederhana.

Keterlibatan anak terletak pada bahwa untuk mendapatkan sesuatu adanya sebuah usaha. Yakni, usaha dalam mendapatkan uang tersebut sehingga bisa memperoleh apa yang diperlukan. Bentuk keterlibatan anak, salah satunya, bisa diwujudkan pada sebuah sikap hemat dalam membelanjakan uang.

Anak perlu mendapat sebuah pendidikan bahwa berhemat adalah sebuah kegiatan yang baik dalam mencapai atau mendapat sesuatu yang diinginkan. Maka, adalah hal sangat beralasan bila dalam memberikan uang jajan anak perlu diingatkan dalam menyisihkan sebagian uang belanjanya. Dengan demikian, dalam rentang waktu sekian anak bisa mempunyai dana atau biaya dalam mendapatkan keinginan atau kebutuhannya. Oleh karena itu, orang tua bisa menyediakan alat, misalnya kaleng bekas, untuk alat menabung yang paling sederhana. Dalam bentuk lain adalah orang tua membukakan rekening di bank dengan atas nama anak sendiri.

Menyisihakan uang atau sikap berhemat bisa diwujudkan dalam bentuk menabung. Kebetulan di sekolah kami, melalui sebuah koperasi karyawan, telah dibuka 'Bank Mini'. Bank mini tersebut menjadi wadah dalam membangun sikap hemat dan berencana dalam membiayai sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Anak dalam hal ini tidak diajarkan secara instan mendapat uang dari orang tua. Anak dengan uangnya sedikit demi sedikit ditabungkan di bank mini sekolah kami.

Inilah mengapa koperasi karyawan kami membuka bank mini dan melayani anak-anak dalam menumbuhkan sikap hemat dan berencana.