Thursday, February 7, 2008

Banjir dan Longsor

Benar, bahwa curah hujan akhir-akhir ini sangat besar volumenya. Di beberapa daerah di Indonesia hujan turun begitu merata menyebabkan beberapa aktivitas dapat mengalami beberapa kesulitan. Misalnya, acara pernikahan, perjalanan dinas, pergi ke kantor, dan acara liburan yang sudah dijadwalkan. Seperti yang dialami saudara-saudara kita yang berada di Jakarta sekitarnya, Ponorogo dan sekitarnya, Enrekang, Gorontalo, Aceh, dan Sumatra Barat.
Hujan di Jakarta menenggelamkan ratusan, bahkan ribuan rumah, jalan-jalan, dan menghambat akses ke Bandara Soekarno - Hatta. Begitu pun di daerah lainnya, terakhir kita mendapatkan info dari Banyumas dan Tegal, hujan dan banjir membuat tanah longsor dan menewaskan beberapa penduduk dan merusak tempat tinggal dan persawahan. Tentu, dengan itu semua kita merasa sangat berduka.
Benar, bahwa bumi menjadi rumah bagi penduduk dunia sekarang ini sudah semakin tidak kondusif. Putaran angin ribut (apakah itu namanya tornado atau lisus) menumbangkan rumah penduduk dan pepohonan. Itu semua membawa kerugian baik materil maupun nonmateril. Selanjutnya pasang air laut, menyebabkan para nelayan untuk waktu yang lama tidak dapat menguras ikan di perut air laut. Pengiriman barang antarpulau terhambat sehingga harga-harga bahan pokok meroket tak terkendali. Sebagai contoh di tempat kami, KUtai Timur, Kaltim, harga bawang merah sekilo dihargai Rp35.000,- dan semen sesak Rp72.000,-. Pelayaran dan penerbangan antarpulau dan antarkota pun sangat terganggu. Ada apa dengan semua ini? Bagaimana anak-anak dan cucu-cucu kita kelak dapat bertahan hidup kalau sekarang ini saja kita mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan dan menyediakan akomodasi untuk kehidupan kita sekarang dan esok?
Pada minggu terakhir Januari 2008 anak-anak didik kami melakukan kunjungan belajar ke Jakarta dan Bogor. Rombongan kami hampir mencapai seratusan murid dengan guru pembimbingnya. Jauh-jauh hari sudah melakukan persiapan, di antaranya memesan dan membayar tiket pesawat pergi - pulang, menentukan obyek tujuan kunjungan belajar, dan sarana-prasarana akomodasi lainnya. Tapi ketika akan bertolak kami dibuat was-was dengan keadaan cuaca sekarang-sekarang ini. Bisakah kami berangkat? Orangtua murid pun banyak yang bertanya-tanya masalah ini. Intinya, meskipun mereka sudah mempercayakan kepada guru pembina akan keselamatan anak-anaknya, tetap saja mereka menunjukkan rasa khawatir. Namun, alhamdulillah, rombongan kami sukses dalam melukan aktivitas ini. Aanak-anak kami pun diajak untuk mengenal istana negara dan studio Metro TV serta menikmata wahana di Dufan.
Tapi mari kita kembali permasalahan cuaca. Benar, dahulu, imej orang tentang Kalimantan adalah hutan. Di sana - sini hutan masih merupakan habitat yang dominan. Namun sekarang, Kalimantan selain untuk perumahan, perkantoran, jalan raya, pusat bisnis dan hiburan, hutannya dibabat habis oleh penebang-penebang liar dan penebang-penebang legal (mendapat HPH atau mendapat restu dari pejabat setempat)serta hutannya diubah menjadi ladang-ladang pertambangan batubara, minyak dan gas, emas, dan lainnya. Sehingga, bila anda berkesempatan berkunjung ke Kalimantan yang anda saksikan hanyalah hutan-hutan yang sudah habis pepohonan besarnya. Yang tersisa adalah semak-semak belukar dan rumput-rumput ilalang dan bila musim kemarau tiba akan menjadi aset yang vital untuk mengeksport asap ke beberapa negeri tetangga. Maka, siapakah dalam hal ini yang bertanggung jawab?
Masihkah pemerintah RI memberikan izin pertambangan untuk para investor lokal maupun asing? Masihkah Pemda setempat memberikan izin HPH kepada para cukong untuk memangkas hutan Kalimantan atau hutan pulau lainnya? Padahal akibat yang ditimbulkan dari kegiatan ini sangat begitu jelas merugikan kelangsungan hidup spesies manusia di muka bumi. Untuk itu, mari kita hijaukan bumi kita kembali dan stop perusakan hutan!!!

No comments: