Thursday, October 22, 2009

Membangun Masjid

Kerap kita mendapati di jalan raya, di atas bus umum, atau orang-orang dari rumah ke rumah meminta sumbangan untuk pembiayaan pembangunan masjid atau musholah di daerah tertentu.

Tuesday, October 13, 2009

Pulau Kumala: Cermin Ketidakcakapan Menejemen


Menjelang tahun 2000-an Pemda Kutai Kertanegara mencoba memanfaatkan Pulau Kumala yang terletak di tengah-tengah aliran Sungai Mahakam seberang Kota Tenggarong menjadi tempat dan sarana rekreasi dan hiburan masyarakat tenggarong pada khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya. Di sini Pemda Kutai Kertanegara membangun bersama kontraktor PT JAYA membuat beragam sarana rekreasi dan hiburan. Ada arena bombom car, kereta api mini yang keliling pulau, penginapan dan cottage, panggung hiburan, kolam dan air mancur, taman, trampolin, sky tower yang menjulang stinggi 50-an meter, cantin, pasar cindera mata, toilet, rumah lamin adat Dayak, dan gantole si kereta gantung yang terbentang di atas ketinggian menuju Pulau Kumala.

Diharapkan dengan semua itu masyarakat Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, dan kota-kota sekitar Kalimantan Timur, khususnya pada saat akhir pekan dan masa liburan, akan menjadikan Pulau Kumala sebagai pilihan tempat rekreasi dan hiburan yang utama. Di sini mereka bisa menikmati segala aneka hiburan sambil berreakreasi dengan biaya yang cukup terjangkau. Mereka tidak lagi harus bermain dan berlibur di luar Kalimantan Timur.

Namun memasuki beberapa tahun terakhir ini Pulau Kumala yang dibangun dengan aset miliaran rupiah tidak lebih seperti barang rongsokan. Hampir sarana hiburan seperti sky tower, kereta gantung, dan kereta mini yang berkeliling Pulau Kumala sudah lama tak beroperasi. Arena tersebut kini berkarat, rusak, dan usang. Demikian pun dengan mobil wisata yang ada nongkrong tak berdaya dengan roda yang tidak lagi utuh serta lumut menyelimutinya. Taman, jalan, kolam renang, air mancur, cottage dan penginapan tidak beda ubahnya dengan yang lainnya. Rusak dan tak terawat. Yang masih bertahan hanya arena bombom car, itu pun kalau ada pengunjung yang datang baru beroperasi. Bila tidak ada pengunjung mobil-mobilan di arena tersebut tergeletak tanpa daya.

Entah..., keadaan ini disebabkan oleh apa sehingga seperti sekarang ini. Pulau Kumala tidak lagi mengundang daya tarik bagi wisatawan. Lebih-lebih untuk sampai ke sana harus menggunakan perahu ces (ketinting) yang kecil. Tidak sedikit para wisatawan itu yang akhirnya tidak jadi ke sana karena khawatir akan keamanan dan keselamatan dirinya dengan naik perahu tersebut melintas Sungai Mahakam yang agung.

Apakah mereka, masyarakat Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, dan kota-kota di sekitar Kalimantan Timur itu sudah merasa bosan dengan aneka rekreasi yang ada sehingga sepi dan pengelola Pulau Kumala tidak lagi bergairah yang akhirnya menelantarkannya? Atau, karena sekarang ini sudah banyak pilihan untuk berekreasi dan mencari hiburan. Atau, karena pihak pengelola, dalam hal ini pihak Pemda juga, tidak memiliki sikap yang inovatif yang terus-menerus sehingga masyarakat selalu berkeinginan untuk ke sana. Atau, jangan-jangan pihak pengelola dan Pemda tidak memiliki sikap menejemen yang baik sehingga Pulau Kumala terlantar dan tidak lagi mengundang daya tarik bagi masyrakat untuk datang berkunjung untuk rekreasi dan berlibur.

Atau, jangan-jangan....