Friday, April 3, 2009

Memilih Anggota Dewan



Masa kampanye pemilihan anggota DPR, baik untuk tingkat kabupaten, propinsi, dan pusat, hari ini sudah berakhir. Mulai Minggu sampai Rabu menjelang waktu pencontrengan (pencoblosan?), adalah masa tenang. Dan, di har Kamis, 9 April 2009 seluruh WNI yang sudah memenuhi syarat berhak mengikuti pemelihan anggota dewan tersebut.

Para calon anggota dewan bersama partai yang ditumpanginya sudah mengumbar janji-janji dan tidak lupa mengotak-atik partai rivalnya sehingga para calon pemilih dapat menentukan pilihan untuknya atau paratainya. Gambar pun dengan tampang yang narsis sudah dipasang mereka di mana-mana. Ada yang senyum, ada yang melambaikan tangan, ada yang mengepal, ada yang bersalam dengan tokoh terkenal, dan lainnya. Intinya, mereka begitu narsis.

Sok bersih. Sok hebat. Sok bisa. Sok pinter. Sok ngerti. Sok tahu. Sok segala-galanya daripada yang lainnya. Anehnya, mereka yang photonya terpampang di pinggir jalan itu, yang berjas, berdasi, berkopiah, dan dengan latar belakang merah - putih,; atau yang dandan cantik, kemunculannya baru-baru ini saja. Sehingga tidak jarang di antara mereka tidak dikenal oleh masyarakat.

Kalaulah mereka menonjol di masyarakat dengan berorganisasi ini atau itu dan telah mendarmabaktikan hidupnya untuk kepentingan masyarakat, sepertinya tidak akan sulit mereka duduk di kursi dewan. Tapi, ya, itu. Secara mendadak dan tiba-tiba mereka muncul dan ngaku-ngaku: pinter, tahu, hebat, bisa, ngerti, amanah, dan lain-laian dan lain-lain.

Bahkan yang lebih narsis dan tidak lucu adalah ada calon anggota dewan yang berasal dari partai lain ke partai lain. Misalnya, sebelumnya ia menjadi anggota dewan dari partai A. Akan tetapi, karena ia sudah menjabat untuk yang kesekian kali atau di-PAW-kan, atau dicopot keanggotaannya, ia mencari partai baru dan membayar ini - itu agar namanya berada di barisan teratas dari partai tersebut. Ini sungguh konyol!!!

Jelas ini terbaca dengan lugas mereka yang kutu loncat ini, misinya bukan untuk perbaikan masyarakat, melainkan demi perut dan isi rumahnya dan keluarganya. Sehingga, kedinastiannya, kemewahannya, dan hidup enaknya dari hasil membajak UU tidak terhenti.

Lalu, kita mau pilih siapa?
Ya, jawabannya ada pada diri Anda. Namun, kiranyanya cobalah bertanya pada hati nurani kita masing-masing. Mau pilih calon anggota dewan yang narsis dan menggunakan aji-aji, atau pilih calon anggota dewan yang track recordnya sifat negatifnya lebih sedikit. Sehingga biarpun kita pilih orang yang masih ada celanya, setidaknya kita pilih orang yang celanya tidaklah lebar.

Bagaimana?

No comments: