Wednesday, April 22, 2009

Acara Kartinian



Memasuki April tiap tahunnya orang Indonesia, khususnya kaum ibu-ibu sibuk siap-siap memperingati Hari Kartini. Di kantor-kantor pemerintah, instansi swasta, dan lazimnya di sekolah-sekolah peringatan Hari Kartini begitu ramai diselenggarakan.

Bentuk peringatan sangat beragam namun yang umum adalah lomba yang bernuansa female. Misalnya, lomba merangkai bunga, lomba membuat dan menghias menu nusantara, lomba peragaan busana, olahraga kasti, lomba dandan, paduan suara, atau lomba yang bernuansa domistik. Ibu-ibu ramai-ramai dech pakai busana daerah. Ada kebaya baju daerah Jawa. Ada ulos dari daerah Batak. Ada baju daerah Padang, daerah Sunda, daerah Dayak, dan lainnya. Mereka tampil cantik-cantik.

Tidak kalah hebohnya adalah perayaan Hari Kartini di sekolah-sekolah. Anak-anak seakan berpesta setahun sekali dengan mengenakan pakaian bebas tidak seperti biasanya menggunakan seragam. Mereka beragam corak dengan busana daerah atau busana adat yang ada di Indonesia. Bentuk acaranya pun beragam. Ada lomba baca puisi. Lomba bercerita riwayat hidup RA Kartini. Lomba menggambar potret RA Kartini. Lomba paduan suara lagu daerah (nasional). Lomba membuat dan menghias nasi tumpeng. Dan, yang sangat ditunggu-tunggu adalah lomba peragaan busana dan karnaval.

Dalam lomba peragaan busana mereka berpasang-pasangan (Atau, dipasangkan...?). Mereka berjalan serasi dengan busana yang dikenakannya di depan juri dan para penonton. Mereka senyum dan berjalan layaknya pasangan pengantin yang sedang menyelenggarakan resepsi. Sementara di ajang karnaval para murid serentak berjalan sesuai rute yang sudah ditetapkan dengan aneka corak ragam busana dengan asesorinya. Yah..., mereka asyik-asyik saja, bahkan cendrung menikmatinya....

Saya tidak mengerti kapan pola peringatan Hari Kartini akan berubah warnanya. Sepertinya, pola-pola semacam ini sangat dulu sekali saya pernah melewatinya dan kini terulang lagi. Atau..., ide yang tidak segera beranjak untuk mendobrak kebiasaan-kebiasaan feodal. Sepertinya peringatan Hari Kartini dengan bentuk semacam ini sangat tidak mengena dengan cita-cita yang Kartini perjuangkan dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan Indonesia.

Ini sungguh sangat paradoks. Di satu sisi Kartini ingin perempuan Indonesia maju dalam pikiran dan pendidikan. Di sisi yang lain perempuan Indonesia kini senantisa terjebak pada pola-pola lama yang sangat tradisional-feodal. Yakni, menempatkan perempuan Indonesia di sudut-sudut etalese bangsa, yang hanya memiliki fungsi sebagai tontonan, pajang, dan pamer dengan dandanan yang dikenakannya.

Wahai Ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia...

(Selamat Hari Kartini. Semoga tidak terjebak dalam artifisial-feodal....)

No comments: