Sunday, September 6, 2009

Petasan Mengganggu Suasana Ramadhan



Hampir dipastikan, tiap kali bulan Ramadhan datang maka saat itu juga di kaki-kaki lima beberapa pedagang dadakan menyediakan komoditi musiman. Yakni, petasan dari ukuran yang kecil sampai ukuran yang besar. Namun, apa pun akurannya petasan sama saja bila tersulut api akan meledak dan menimbulkan bunyi dentuman yang memekakkan telinga.

Petasan (bledogan dlam bahasa Cirebon)bagi kalangan etnis atau masyarakat tertentu diperlukan dalam sebuah penyelenggaraan perayaan. Misalnya, tahun baru, ulang tahun kota, perayaan kemerdekaan, atau pesta perkawinan. Mengingat peatasan dapat meraimaikan suasana perayaan dan kehadirannya sangat dinanti-nantikan. Namun, perlu diingat apa pun alasannya peatasan merupakan salah satu benda yang sangat berbahaya karena termasuk bahan peledak.

Tidak sedikit terjadi tempat-tempat pengrajin petasan dan kembang api menjadi hancur porak-poranda manakala mereka sedang meracik, mengolah, dan membuat peatasan dan atau kembang api. Bahkan tidak sekedar harta benda yang hancur, korban jiwa pun kerap terjadi. Mengingat, sesungghnya bahan petasan ini terbuat dari bahan-bahan kimia yang mudah sekali terlecut untuk meledak, seperti belerang dan potasium.

Tidak kurang bahayanya adalah saat petasan-petasan itu disimpan dan didistribusikan di pasar-pasar. Karena kering dan panasnya tempat penyimpanan atau bercampur dengan bahan kimia lain, petasan bisa menjadi bom waktu yang siap berpotensi meledak dan menghancurkan serta meluluhlantakkan benda-benda yang ad di sekitarnya, termasuk manusia. Tidak hanya sampai di situ, saat petasan disulut sangat berisiko yang dapat menciderai anggota tubuh atau merusak gendang telinga. Dan, hal ini kerap terjadi karena biasanya yang bermain petasan adalah anak-anak. Mereka sering berbuat sembrono dan teledor sehingga tdak hanya berpotensi melakui dirinya tapi pun orang lain di dekatnya atau dapat membahayakan benda-beda lainnya.

Oleh karena itu, sangat mendesak bila pihak berwenang, dalam hal ini apakah Satpol PP atau pihak kepolisian selain melakukan razia petasan di kaki-kaki lima, pun harus bisa menekan pembuatan petasan secara ilegal di sentra-sentra industri petasan yang ada. Misalnya, di daerah Indramayu yang hampir penduduknya saat menjelang bulan Ramadhan membuat kerajinan petasan. Selain itu, pihak keluarga harus bisa mengontrol anak-anaknya agar mereka tidak membeli dan membakar petasan.

Kembali ke bulan Ramadhan, sepertinya Ramadhan identik dengan petasan. Tiap tahun saat tiba dan berlangsungnya Ramadhan penjualan dan pembakaran petasan semakin marak. Dan, sangat disayangkan, mereka-mereka yang membakar dan membunyikan petasan itu tidak tahu aturan. Mereka membakar dan membunyikan petasan pada saat orang-orang sedang shalat atau di kawasan perumahan sehingga sangat mengganggu ketentraman pelaksanan shalat atau ketenangan suasana perumahan. Ini sangat mengganggu. Oleh karena itu, mari kita tinggalkan petasan dan berbuatlah yang membuat orang lebih merasa tentram.

No comments: